Gambar: pohon Lontara(siwalan)
diambil dari: kumparan.com
Kata Lontara sendiri berasal dari bahasa toraja, namun kebanyakan orang mengenalnya dengan sebutan Siwalan, (lontar, tal) dan masih banyak penyebutan namanya yang berbeda-beda disetiap daerah. Tanaman ini merupakan jenis palma(arecaceae) yang tersebar di Asia Selatan dan Asia Tenggara.
Tanaman ini Tidak memerlukan banyak air untuk tumbuh, jadi iya dapat tumbuh pada daerah kering sekalipun, pertumbuhan buahnya sanggatlah lama, bertahun2 lontara hanya menghasilkan akar yang banyak, kemudian barulah tumbuh tunasnya.
Kegunaan lontara tak kalah dengan kelapa beragam manfaat lontara mulai dari batang yang dapat dibuat jembatan, buahnya dapat komsumsi, dan pada tangkai buahnya dapat juga menghasilkan nira, daunnya dapat dibuat atap dan juga tikar.
Buahnya memiliki tiga keping semacam biji yang ber cangkang jika masih muda hanya berupa air di dilamnya kemudian air itu berubah menjadi daging Buah yang kenyal dan enak serta aromanya yang khas dan segar. Kerap di campurkan dalam pembuatan es buah sebagai pengganti kelapa.
yang unik lagi di Sulawesi selatan, daun lontara selain dibuat atap karena daunnya yang lebar seperti bentuk kipas dan dapat pula digunakan dalam pembuatan kerajinan, Juga digunakan untuk menulis, hingga kita mengenal adanya aksara lontara, aksara orang bugis-Makassar. Pada umumnya tulisan itu ditulis diatas daun lontara. Sekarang sangat sulit sekali menemukan karya dari daun lontara atap daun lontara sudah digantikan dengan seng. Tikar-tikar berbahan daun lontara juga sudah digantikan dengan tikar berbahan Kain atau plastik yang lebih tahan lama dan bermotif. Daunya juga dapat dibuat alat musik sasando dari pulau rote, Nusa tenggara timur. Aksara diatas daun lontara juga sudah sulit ditemukan dan digantikan dengan lembaran-lembaran kertas, tulisan aksara berbahan daun lontara kita masih dapat menemukannya di museum-museum di Sulawesi selatan, dan rumah-rumah orang Bugis yang masih menyimpannya dengan rapi dan aman.
Tanaman lontara yang tidak berbuah atau jantan juga dapat di manfaatkan, salah satunya dalam pembuatan nira. Yang membedakan nira lontara dan nira pada umumnya terletak pada rasa dan aroma niranya nya sendiri. Dan yang lebih unik dalam pengambilan sari niranya, bunga pada pohon lontara yang tidak dapat berbuah yang kemudian dipotong hingga hanya menyisakan tangkai bunganya saja, kemudian tangkai itu dipijit dan dijepit menggunakan bambu yang sudah di rancang guna merangsang keluarnya air dari tangkai lontara. Air yang keluar ditampung dalam wadah bambu atau botol. Niranya dapat dibut gula mera, atau gula cair. Pembuatan nira juga tidak sembarang, tuak dibuat ketika tidak turun hujan. namun jika hujan setip hari, Maka akan menghilangkan rasa pada tuak.
Sekarang tanaman lontara sudah jarang ditemukan, khususnyaa di sulawesi selatan, seperti yang saya jelaskan diatas bahwa alat yang terbuat dari lontara sudah digantikan dengan bahan yang lebih awet dan bermotif. Bagaimana pun tumbuhan itu sangat bermanfaat, oleh karena itu kita sebagi generasi mudah jangan terbawah arus hanya semanta ingin eksis di sosial media, sewajarnya kita lebih bijaksana dalam menggunakan media Internet, dengan cara kita dapat membudidayakan tanaman yang mulai kehilangan fungsinya dalam Masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar